Vol. 13 No. 3 (2024): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Articles

Keterlibatan Inklusif Pemangku Kepentingan untuk Mendukung Collaborative Governance dalam Pemulihan Sosial-Ekonomi Penyintas Erupsi Gunung Sinabung

PDF
  • Dika Yudhistiira Rizqy,
  • Triyanti Anugrahini
Dika Yudhistiira Rizqy
Kementerian Sosial RI
Triyanti Anugrahini
Program Pasca Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
DOI: https://doi.org/10.33007/ska.v13i3.3475

Published 2024-11-18

Keywords

  • bencana alam,
  • kesejahteraa,
  • pemulihan sosial ekonomi,
  • collaborative governance

How to Cite

Dika Yudhistiira Rizqy, & Anugrahini , T. . (2024). Keterlibatan Inklusif Pemangku Kepentingan untuk Mendukung Collaborative Governance dalam Pemulihan Sosial-Ekonomi Penyintas Erupsi Gunung Sinabung . Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 13(3). https://doi.org/10.33007/ska.v13i3.3475

Copyright (c) 2024 Dika Yudhistiira Rizqy (Author)

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Abstract

Pasca penanganan darurat erupsi Gunung Sinabung, banyak pemangku kepentingan yang secara aktif terlibat dalam pemulihan sosial-ekonomi untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat yang melampaui pembangunan fisik. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan keterlibatan inklusif pemangku kepentingan untuk mendukung collaborative governance dalam pemulihan sosial ekonomi penyintas erupsi Gunung Sinabung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam terhadap 11 informan yang berasal dari unsur pemerintah maupun non pemerintah, yaitu mereka yang terlibat secara langsung atau memiliki otoritas dalam pemulihan pascabencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inklusi dalam pemulihan sosial-ekonomi didukung oleh berbagai pemangku kepentingan yang berasal dari pemerintah lintas tingkat (desa, kabupaten, provinsi, pusat), masyarakat dan organisasi masyarakat, organisasi non-pemerintah, akademisi, dan lembaga internasional PBB. Setiap pemangku kepentingan saling melengkapi satu sama lain, menyesuaikan peran, kapasitas dan sumber daya yang dimiliki untuk dapat membangun dengan lebih baik. Pemerintah pusat melalui berbagai kementerian atau lembaga berperan mempercepat proses pemulihan, terutama pada tahap I. Namun, pemerintah daerah tetap berperan sebagai koordinator seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di pemulihan, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Organisasi masyarakat berbasis gereja memiliki peran strategis di tingkat lokal, menjembatani komunikasi para penyintas yang kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. Pihak-pihak di luar pemerintahan seperti ONP, akademisi, dan badan-badan PBB banyak berperan pasca rekonstruksi dengan mengadakan program-program pemberdayaan masyarakat untuk membantu membangun penghidupan berkelanjutan.

PDF

References

  1. Agbodzakey, J. (2024). Institutional Design in Collaborative Governance. In Collaborative Governance Primer: An Antidote to Solving Complex Public Problems (pp. 27–37). Springer International Publishing.
  2. Ansell, C., Doberstein, C., Henderson, H., Siddiki, S., & ‘t Hart, P. (2020). Understanding Inclusion in Collaborative Governance: A Mixed Methods Approach. Policy and Society, 39(4), 570–591. https://doi.org/10.1080/14494035.2020.1785726
  3. Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative Governance in Theory and Practice. Journal of Public Administration Research and Theory, 18(4), 543–571. https://doi.org/10.1093/jopart/mum032
  4. Ansell, C., & Torfing, J. (2022). Handbook on Theories of Governance. Edward Elgar Publishing Limited.
  5. Barenstein, J. E. D., & Leemann, E. (2013). Post-Disaster Reconstruction and Change. CRC Press.
  6. Bastanta, A. G. (2020). Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Erupsi Gunung Api Sinabung. Magister Ilmu Administrasi Publik, FISIPOL Universitas Gadjah Mada.
  7. Breaugh, J., Rackwitz, M., & Hammerschmid, G. (2023). Leadership and institutional design in collaborative government digitalisation: Evidence from Belgium, Denmark, Estonia, Germany, and the UK. Government Information Quarterly, 40(2), 101788.
  8. Bussu, S. (2019). Collaborative Governance: Between Invited and Invented Spaces. In S. Elstub & O. Escobar (Eds.), Handbook of Democratic Innovation and Governance (pp. 60–75). Edward Elgar Publishing Limited.
  9. Coppola, D. P. (2015). Introduction to International Disaster Management. In Introduction to International Disaster Management: Third Edition (Third Edit). https://doi.org/10.1016/C2014-0-00128-1
  10. Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (Fourth Edi). Sage Publications, Inc.
  11. Davidson, C. H., Johnson, C., Lizarralde, G., Dikmen, N., & Sliwinski, A. (2007). Truths and Myths About Community Participation in Post-Disaster Housing Projects. Habitat International, 31(1), 100–115. https://doi.org/10.1016/j.habitatint.2006.08.003
  12. FAO. (2017). Final Project Evaluation: Indonesia Post-disaster Livelihood Recovery Project.
  13. Fatimah, D., & Zubaedah, A. (2018). Welfare Regime in Post-Disaster Context: Cases of Sinabung and Merapi Eruption. In The Politics of Welfare: Contested Welfare Regimes in Indonesia (pp. 169–197). Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
  14. Gupta, M., Velasquez, G., Nag, S., Panda, A., Kuberan, R., Hari, K., & Suryono, R. (2010). Building Back Better for Next Time. UNISDR Secretariat Asia and Pacific.
  15. Harmensyah. (2023). Independent Policy Strategy as a Breakthrough to Post-Naturan Disaster Recovery in Indonesia. Enrichment: Journal of Management, 13(2), 1335–1346.
  16. Hartono, M. D. (2021). Pendekatan Berbasis HAM dalam Penanganan Bencana: Kasus Erupsi Gunung Merapi. Jurnal Hak Asasi Manusia, 8(8), 133–166. https://doi.org/10.58823/jham.v8i8.73
  17. IDEP Foundation. (2016). IDEP Foundtaion Biennial Report 2015/2016.
  18. ILO. (2017, March). Setelah Sinabung Meletus: Mengubah Bencana Menjadi Peluang Usaha.
  19. Iuchi, K., & Mutter, J. (2020). Governing community relocation after major disasters: An analysis of three different approaches and its outcomes in Asia. Progress in Disaster Science, 6, 100071. https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100071
  20. Juhaina, J., Fasya, T. K., & Kamil, A. I. (2019). Problematika Di Balik Proses Relokasi Korban Bencana Di Siti Ambia. Aceh Anthropological Journal, 3(1), 86. https://doi.org/10.29103/aaj.v3i1.2788
  21. Kapucu, N. (2014). Collaborative Governance and Disaster Recovery: The National Disaster Recovery Framework (NDRF) in the U.S. In R. Shaw (Ed.), Disaster Recovery: Used or Misused Development Opportunity (pp. 41–60). Springer Japan.
  22. Kennedy, J., Ashmore, J., Babister, E., & Kelman, I. (2008). The meaning of “build back better”: Evidence From post-tsunami Aceh and Sri Lanka. Journal of Contingencies and Crisis Management, 16(1), 24–36. https://doi.org/10.1111/j.1468-5973.2008.00529.x
  23. Kompas.com. (2019, February 27). Gugatan 9 Warga Desa Korban Erupsi Gunung Sinabung DIsepakati. Kompas.Com. https://regional.kompas.com/read/2019/02/27/21594111/gugatan-9-warga-desa-korban-erupsi-gunung-sinabung-disepakati
  24. Maly, E. (2018). Building Back Better with People Centered Housing Recovery. International Journal of Disaster Risk Reduction, 29(September 2017), 84–93. https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2017.09.005
  25. Meralza, M., Harahap, H., & Simatupang, I. (2021). Community Participation In Housing Development Relocation Of The Eruption Of Mount Sinabung , Karo . District. International Journal of Progressive Sciences and Technologies (IJPSAT), 27(2), 765–772.
  26. Modifa, I., Siregar, R. T., & Sinaga, R. S. (2022). Problematika Proses Rehabilitasi & Reonstruksi Pasca Bencana Mengunakan Metode Partisipatif Masyarakat. GOVERNANCE: Jurnal Ilmiah Kajian Politik Lokal Dan Pembangunan, 6(4), 131–135. https://doi.org/10.56015/governance.v6i4.59
  27. Mosley, J. E., & Wong, J. (2020). Decision-Making in Collaborative Governance Networks: Pathways to Input and Throughput Legitimacy. Journal of Public Administration Research and Theory, 31(2), 328–345.
  28. Mousavi, P., Marjanovic, O., & Hallikainen, P. (2012). Disaster recovery -The process management perspective. Proceedings - Pacific Asia Conference on Information Systems, PACIS 2012.
  29. Nazara, S., & Resosudarmo, B. P. (2007). Aceh-Nias Reconstruction and Rehabilitation: Progress and Challenges at the End of 2006. In ADB Institute Discussion Paper No. 70 (Issue 70). www.adbi.org/discussion- paper/2007/06/26/2288.acehnias.reconstruction.rehabilitation
  30. Nurhayati, N., & Rahman, A. (2023). Systematic Literature Review: Tata Kelola Kolaboratif Dalam Sektor Publik. Jurnal Agregasi: Aksi Reformasi Government Dalam Demokrasi, 11(1), 1–22. https://doi.org/10.34010/agregasi.v11i1.9207
  31. Nurwihastuti, D. W., Astuti, A. J. D., Yuniastuti, E., & Perangin-angin, R. B. B. (2019). Pengurangan Risiko Bencana Erupsi Gunung Sinabung. Penerbit Elmatera.
  32. Pandia, S. L., Rachmawati, R., & Mei, E. T. W. (2016). Relokasi Permukiman Desa Suka Meriah Akibat Kejadian Erupsi Gunung Api Sinabung Kabupaten Karo. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 27(2), 137. https://doi.org/10.5614/jrcp.2016.27.2.5
  33. Pemkab Karo. (2020). Peraturan Bupati Karo Nomor 13 Tahun 2020 tentang Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung di Kabupaten Karo Tahun 2020-2023.
  34. Potutan, G., Arakida, M., & Suzuki, K. (2022). Improving Disaster Recovery Governance: Lessons from the Two Ad-Hoc Recovery Agencies. In Post-Disaster Governance in Southeast Asia: Response, Recovery, and Resilient Societies (pp. 63–86). Springer Nature Singapore.
  35. Rasuwin, A. (2020). Analisis Implementasi Kebijakan Penanggulangan Pemulihan Pasca Bencana Erupsi Sinabung. Program Pascasarjana Departemen Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
  36. Seraniraya, S. (2015). Analisis Pengaruh Relokasi Hunian Tetap Terhadap Pendapatan Masyarakat Korban Bencana Tsunami (Studi Kasus Dusun Purourougat Desa Malakopak Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai). Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada.
  37. Smith, G., & Birkland, T. (2012). Building a Theory of Recovery: Institutional Dimensions. International Journal of Mass Emergencies & Disasters, 30(2), 147–170. https://doi.org/10.1177/028072701203000201
  38. Suharyono, S. (2020). Relasi Sosial dan Resiliensi Komunitas Korban Erupsi Gunung Merapi di Hunian Tetap. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
  39. Surbakti, I. O. B., & Manurung, R. K. P. (2023). Kapasitas Badan Penanggulangan Bencana Daerah Karo Dalam Penanganan Rumah Relokasi Siosar Tahap I. Professional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi Publik, 10(1), 61–68.
  40. Thiruppugazh, V. (2014). Post-Disaster Reconstruction and Institutional Mechanisms for Risk Reduction: A Comparative Study of Three Disasters in India. In Disaster Recovery: Used or Misused Development Opportunity (pp. 17–40). Springer Japan.
  41. Tierney, K. (2012). Disaster Governance: Social, Political, and Economic dimensions. Annual Review of Environment and Resources, 37, 341–363. https://doi.org/10.1146/annurev-environ-020911-095618
  42. UNDP. (2022). UNDP Guidance Note: Building Resilience through Livelihoods and Economic Recovery. United Nations Development Programme.
  43. UNISDR. (2015). Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015 - 2030. United Nations Office for DIsaster Risk Reduction.
  44. Waugh Jr, W. L., & Streib, G. (2006). Collaboration and Leadership for Effective Emergency Management. Public Administration Review, 66(1), 131–140.
  45. Widodo, D. R., Nugroho, S. P., & Asteria, D. (2018). Analisis Penyebab Masyarakat Tetap Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi (Studi di Lereng Gunung Merapi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(2), 135. https://doi.org/10.14710/jil.15.2.135-142