Abstract
Berbicara tentang perempuan miskin, adalah bicara kemarjinalitasannya atas ketiadakberdayaannya. Banyak peran yang telah dilakukan perempuan, namun hasilnya belum cukup memberikan posisi yang 'mapan' bagi perempuan itu sendiri. Kemiskinan yang melekat pada dirinya, memposisikan mereka ke dalam kondisi yang semakin 'menyesakkan'. Potret perempuan miskin, di Pinggiran Kali Code, Yogyakarta memberikan sebuah gambaran yang menarik atas peran ganda perempuan. Di mana selain peran domestik, peran produktif juga dilakukan untuk keluarganya, sangat kecil toleransi serta batasan atas peran ekonomisnya, terhadap posisi tawamya dalam keluarga. Sebut saja untuk peran pemenuhmz ekonomi, perempuan miskin terjebak pada pemenuhan kebutuhan keluarga,di samping berperan juga dalam urusan domestik. Namun demikian, untuk keputusan atas dirinya seperti sebut saja untuk pengaturan kelahiran anak, perempuan-lah yang harus berjuang melawan berbagai dampak alat kontrasepsi yang digunakan. Sebuah ironi atas perempuan, ketika semangat atas kesetaraan, namun tidak untuk sebuah keputusan, bahkan atas dirinya sekalipun.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright (c) 2017 Yanuar Farida Wismayanti